Aku terluka (lagi).
Entah berapa kali lagi aku harus merasakan kesakitan semacam ini.
Ternyata benar..sebuah kata sakti dan pribadi yang terbungkus tegar
ternyata tidak cukup ampuh bahkan hanya untuk sekedar menghiburku saat
ini..
Seharusnya aku lebih berekspresi, sebab luka kali ini amat sangat menyentak.
Aku ingin melangkah mundur sembari memberimu tepuk tangan. Kamu hebat.
Ini panggungmu, tempatmu lihai bersandiwara, sementara aku, ah tidak
terlalu penting juga untuk dibahas.
Sering kali mengetahui apa yang seharusnya tidak perlu kuketahui adalah
pukulan telak bagiku. Terima kasih, setidaknya kamu tak pernah berusaha
menutupinya dariku.
Lalu sekarang aku harus bagaimana?
Kenyataannya, hatiku sedang berbicara dengan otakmu, dan orang-orang terlanjur bilang kita cocok. Sial!
Aku tidak tahu harus bagaimana sekalipun aku tahu kamu salah. Orang
yang salah sudah sepantasnya dihukum. Namun aku tidak mungkin hanya
sekadar menghujan sumpah, sebab kata-kata kutuk tidak seharusnya keluar
dari mulutku, sementara sekarang doa sepertinya menjadi terlalu baik
untukmu. Tidak.! Aku tidak akan mengutukmu atau siapapun yang hari ini
bersamamu..dan Ketahuilah bahwa aku sudah lelah dengan semua ini.
Mungkin ini waktu yang tepat untuk kita berhenti saling menyakiti. Kamu
sudah mengambil keputusan terbaik..Teruskanlah..
Mungkin suatu hari
nanti, saat kau telah menggenggam segala keinginanmu, kau hanya akan
bertanya aku di mana, sambil menyiksa dirimu sendiri. Dan semoga hari
itu tidak pernah datang. Aku percaya dia bisa membahagiakanmu.
Jika
kenyataannya berbeda? Tolong jangan berfikir untuk memungut serpihan
hati yang sudah kamu lepas. Karena aku pun sudah melepasnya diwaktu yang
sama..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar