Entah kapan kita bisa menjadi seperti yang kita tulis? jika nantinya
tulisan-tulisanku, bukan tentang sakit dan patah-patah lagi...
mungkin saat itu ada yang tak perlu pusing-pusing khawatir, perihal
harapan yang senasib dengan apa yang kamu terima, terbohongi
mentah-mentah oleh pongah kesombongan yang kamu sebut harga diri. tak
penting juga kamu tagih seabrek geming-geming bodoh, basa-basi penantian
yang justru akhirnya kamu tikam-tikam juga.
Mencintaiku memang sakit. Kamu
hanya harus yakin. Bahwa dalam jeratan sakit separah itu, dalam
kecurigaan yang kau tiba-tibakan, tentang pemikiran bahwa bisa jadi aku
jatuh lagi ke pelukan doa yang lain, ternyata memang Masih ada yang
perlu kamu telusuri siapa sebenarnya aku..
Ah iya, kamu tau?? Aku
benci jatuh cinta ( lagi ). Aku tidak hebat dalam urusan itu. butuh
detik yang tak sedikit, menerjemahkan laku Tuhan yang barangkali
(buru-buru kusimpulkan) menyuruhku memperjuangkan yang pantas
diperjuangkan, tak melulu kebenaran, bukan pula perangai perlawanan,
tidak, ini bukan tentang logika benar-salah.
Kamu bilang kamu terlalu cinta..jangann..!!
Cinta yang besar selalu berbanding lurus dengan kebencian. Semakin
besar cintamu, semakin besar kebencian sesudahnya jika ternyata cintamu
tidak berhasil. Mungkin itulah yang membuat banyak orang dengan cinta
tinggi terlihat rapuh bahkan bisa dibilang dungu.. Kamu sepakat?
Sudahlah..cara terbaik adalah menjalani ini sejujur mungkin. Sesederhana
mungkin..ibuku juga seorang perempuan. Sama sepertimu. Dimana dalam
matamu, aku melihat tatapan ibuku. Seperti sungai, Meski tidak aku tau
kemana arah arusnya, tapi aku paham apa tujuannya.
Jadi..tidak usah
repot berkeringat memperbaiki sosok sepertiku. cukup temaniku, disaat
aku sedang memperbaiki diriku sendiri. Mungkin cinta kita buta, Tapi
Tuhan tidak tuli atas doa yang selalu kita utarakan..
Last..bersabarlah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar